Fenomena Pergi Haji mulai Jalan Kaki hingga Naik Perahu, Ini Menurut Muhammadiyah

Kakbah.

Kakbah.

NET Medan – Belakangan ini terjadi fenomena masyarakat yang berangkat pergi haji dengan cara unik. Biaya tinggi dan panjangnya antrean haji menjadikan sejumlah warga menunaikan rukun Islam kelima itu.

Ada sejumlah orang melakukan cara unik hingga ekstrem demi mencapai Makkah, mulai dari berjalan kaki hingga menaiki perahu galon. Fenomena ini pun menuai perhatian publik, termasuk dari Muhammadiyah.

Dua warga asal Demak, Jawa Tengah, menjadi sorotan setelah video mereka viral di media sosial. Dalam video akun TikTok @mbah.mo195, keduanya menyampaikan niat mereka untuk berjalan kaki menuju Makkah.

“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, kami dari Demak berjalan kaki ke Makkah. Semoga selamat sampai tujuan,” ujar salah satu dari mereka berdasarkan dari Beritasatu.com. Dengan hanya membawa tas ransel hitam dan bendera Merah Putih, perjalanan ini mengundang reaksi beragam dari masyarakat.

Baca: Muhammadiyah Umumkan 1 Ramadan 1 Maret dan Lebaran 31 Maret 2025

Tak hanya berjalan kaki, aksi lain yang tak kalah ekstrem oleh dua warga Banyuwangi, Dwian Rahardi Pamungkas dan Kholili Anam. Mereka memilih berangkat ke Makkah dengan menaiki perahu yang terbuat dari galon air. Sebelum berlayar, mereka menggelar doa bersama dan memotong tumpeng.

“Kita sangat yakin bisa sampai tujuan karena sebelumnya sudah melakukan riset,” ujar Dwian dalam unggahan akun TikTok @aini.vlog.

Dwian Rahardi Pamungkas dan Kholili Anam, warga Banyuwangi berangkat ke Makkah dengan menaiki perahu yang terbuat dari galon air. (Istimewa/NET Medan)
Dwian Rahardi Pamungkas dan Kholili Anam, warga Banyuwangi berangkat ke Makkah dengan menaiki perahu dari galon air. (Istimewa/NET Medan)

Fenomena Pergi Haji Jalan Kaki hingga Naik Perahu, Sensasi?

Menanggapi fenomena ini, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dadang Kahmad, memberikan pandangannya kepada tim Muhammadiyah.or.id pada Rabu 26 Februari 2025.

Menurut Dadang, kehidupan yang semakin materialistis dan hedonis turut mempengaruhi pola pikir masyarakat, termasuk dalam urusan ibadah. “Segala bisa dijadikan ladang uang. Termasuk haji, umrah, dan makam mewah,” ujarnya.

Baca: MUI Tabayyun Soal Joget K-Pop Pembukaan MTQ, Camat Medan Kota: Saya Mohon Maaf

Dadang menilai bahwa perjalanan haji dengan berjalan kaki atau menaiki perahu galon bukanlah pilihan murah. Itu jika perhitungan dari segi transportasi, akomodasi, dan konsumsi. Ia pun mempertanyakan apakah dorongan aksi tersebut murni oleh niat ibadah atau sekadar mencari sensasi.

“Memang bisa dipahami kenapa mereka bertindak begitu. Bisa saja mereka kehilangan harapan karena harus menunggu antrean hingga 20 tahun untuk haji reguler atau lima tahun untuk haji plus,” tambahnya.

Sedangkan dalam konteks dakwah, Dadang menekankan pentingnya memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat tentang ibadah haji dan cara mencapainya dengan bijak.

“Mereka harus disadarkan bahwa mengandalkan popularitas tidaklah abadi. Yang abadi adalah etos kerja dan ketakwaan kepada Allah SWT,” tutur Dadang.

Read Previous

Gudang Pengoplosan Gas di Medan Digrebek, Ratusan Tabung Disita

Read Next

Kantor Disdik Sumut Terbakar, Kadisdik Pastikan Berkas-berkas Aman

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *