Teror Bom Lagi, Pesawat Saudi Arabian Airlines Mendarat Darurat di Bandara Kualanamu
NET Medan – DLHK Sumut bersama Yayasan Pesona Tropis Alam Indonesia (PETAI) menggelar sekolah lapang budidaya lebah madu, sebagai upaya menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di Indonesia.
Hal ini komitmen Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Sumatera Utara (DLHK Sumut) bersama Yayasan Pesona Tropis Alam Indonesia (PETAI). Ini menegaskan melalui penguatan kapasitas Kelompok Tani Hutan (KTH) dalam pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang berkelanjutan.
Sekolah lapang budidaya lebah madu menjadi langkah konkret terbaru program ini, dengan dukungan pendanaan Result Based Payment (RBP) Green Climate Fund (GCF) Output 2. Pendanaan tersebut menjadi pengungkit partisipasi masyarakat dalam menjaga hutan, sekaligus meningkatkan kesejahteraan ekonomi lokal.
Direktur Eksekutif Yayasan PETAI, Masrizal Saraan menjelaskan, program sekolah lapang ini bukan hanya menyiapkan masyarakat dalam meningkatkan pendapatan melalui produk HHBK. Tetapi juga bagian dari strategi menekan laju deforestasi yang menjadi sumber signifikan emisi GRK di Indonesia.
Baca: DLHK Sumut dan Yayasan PETAI Bahas Kajian Spasial Tutupan Lahan
“Ketika masyarakat memiliki pilihan ekonomi yang layak dan berkelanjutan, ketergantungan mereka pada aktivitas ekstraktif yang merusak hutan akan menurun. Ini sejalan dengan komitmen FOLU Net Sink 2030 Indonesia untuk menyeimbangkan emisi dan serapan karbon,” ujar Masrizal.
DLHK Sumut-Petai Programkan Budidaya Lebah Madu Berbagai Daerah
DLHK Sumut bersama PETAI menargetkan perluasan sekolah lapang di berbagai kabupaten/kota dengan topik budidaya madu. Juga pembibitan tanaman hutan, pertanian ramah lingkungan, serta penguatan kelembagaan KTH.
Sedangkan Kepala DLHK Sumut, Yuliani Siregar menegaskan, penguatan kapasitas teknis dan kewirausahaan kelompok tani hutan adalah fondasi utama menjaga kelestarian hutan.
“Program ini bukan hanya tentang produksi madu. Tetapi bagaimana masyarakat melihat hutan sebagai sumber kehidupan yang perlu dijaga, sambil tetap memberi manfaat ekonomi,” kata Yuliani pada kesempatan terpisah.
Baca: Pokja Perkuat Pengelolaan Hutan Kemenyan, Upaya Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
Program sekolah lapang ini menunjukkan bahwa pengelolaan hutan lestari harus ini atas fondasi kolaborasi pemerintah, NGO, dan masyarakat, serta berbasis pada potensi lokal dan kearifan komunitas.
Sedangkan praktik budidaya lebah madu ini mendukung keanekaragaman hayati, masyarakat menjadi garda depan dalam perlindungan hutan.
Di tengah tantangan krisis iklim, inisiatif semacam ini menjadi contoh konkret upaya penurunan emisi. Menyatukan kepentingan ekologi dan ekonomi, memastikan hutan tetap tegak, dan kehidupan masyarakat tetap terjaga.